Cleopatra bukan orang Mesir.
Universal History Archive/Getty Images
Cleopatra adalah salah satu tokoh terkenal yanng selalu dikaitkan dengan Mesir Kuno. Walaupun di lahir di Alexandria, Cleopatra sebenarnya adalah seorang Makedonia Yunani, keturunan dari Ptolemaios I, salah satu jendral kepercayaan Alexander Agung. Wangsa Ptolemaik memerintah Mesir dari 323 SM sampai 30 SM dan kebanyakan pemimpinnya masih berbudaya Yunani. Cleopatra terkenal sebagai salah satu orang pertama dari wangsa Ptolemaik yang sanggup berbicara bahasa Mesir.
Orang Mesir kuno membentuk salah satu perjanjian damai paling tua yang terekam sejarah.
Giovanni Dall’Orto/Wikimedia Commons
Selama lebih dari 2 abad bangsa Mesir berperang melawan kerajaan Het untuk memperebutkan daerah yang di zaman modern menjadi Suriah. Konflik ini menyebabkan pertempuran berdarah-darah seperti pertempuran Kadesh pada 1274 SM. Hingga pada pemerintahan Ramses II tidak ada kubu yang menjadi pemenang konflik ini.
Karena orang Mesir dan Het sama-sama punya ancaman yang berasal dari bangsa lain, pada tahun 1259 SM Ramses II dan Raja Hattusili III dari Het menegosiasikan perjanjian damai yang terkenal. Perjanjian Mesir-Het sekarang dianggap sebagai salah satu perjanjian damai yang masih dapat dilihat buktinya di atas pintu masuk ruang Dewan keamanan PBB di New York.
Orang Mesir kuno suka permainan papan
Gianni Dagli Orti/Corbis
Setelah bekerja seharian di tepi sungai Nil, orang Mesir sering bersantai dengan memainkan permainan-permainan papan(board games). Beberapa permainan antara lain “Mehen”, dan “Dogs and Jackals”, namun mungkin yang paling terkenal adalah permainan judi bernama “Senet”. Permainan tertua tercatat pada 3500 SM dan dimainkan di papan panjang yang bergambar 30 kotak-kotak. Setiap pemain punya satu set bidak-bidak yang digerakkan menurut lemparan dadu atau potongan kayu. Para sejarawan masih berdebat tentang peraturan-peraturan permainan Senet, namun yang jelas permainan itu sangat terkenal. Ada lukisan-lukisan yang menggambarkan Ratu Nefertari bermain Senet, dan Firaun seperti Tutankhamen bahkan punya permainan papan yang dikubur bersamanya di kuburannya.
Perempuan Mesir punya banyak hak dan kebebasan.
DEA/A. Dagli Orti/De Agostini/Getty Images
Walaupun dipandang inferior dibanding pria, perempuan-perempuan Mesir kuno punya banyak hak dan kebebasan finansial. Mereka dapat membeli dan menjual properti, menjadi hakim, membuat surat warisan, dan masuk dalam kontrak-kontrak legal. Perempuan Mesir biasanya tidak bekerja di luar rumah, namun mereka yang melakukannya biasanya mendapatkan bayaran yang sama dengan pria.
Berbeda dengan perempuan di Yunani kuno yang dimiliki oleh suami mereka, perempuan Mesir punya hak bercerai dan menikah lagi. Pasangan Mesir diketahui menegosiasikan perjanjian pranikah kuno. Kontrak ini mendaftarkan semua properti dan kekayaan yang dibawa pihak perempuan dan penjaminan bahwa dia akan menerima kompensasi jika terjadi perceraian.
Buruh mesir diketahui menggalang aksi-aksi mogok.
Werner Forman/Universal Images Group/Getty Images
Walaupun mereka menganggap Firaun sebagai dewa, buruh Mesir tidak takut melakukan protes untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Contoh paling terkenal terjadi pada abad 12 SM di bawah pemerintahan Ramses III. Ketika para buruh yang membangun Royal Necropolis di Deir el-Media tidak mendapatkan pembayaran gandum seperti biasanya, mereka menggalang salah satu aksi mogok tertua yang terekam sejarah. Bentuk protesnya sebagai berikut: Para buruh masuk ke kuil jenazah terdekat dan menolak untuk keluar sampai kesusahan mereka terdengar. Perjudian ini berhasil, dan para buruh mendapatkan semua hak mereka.
Firaun Mesir umumnya kelebihan berat badan
rob koopman/Wikimedia Commons
Kesenian Mesir sering menggambarkan firaun sebagai sosok yang langsing dan ideal, namun sebenarnya tidak demikan. Makanan Mesir terdiri dari bir, anggur, roti, dan anggur yang kaya akan gula. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini berpengaruh pada ukuran perut para keluarga kerajaan. Ketika mumi-mumi diteliti, ada indikasi bahwa para pemimpin Mesir kelebihan berat badan dan tidak sehat. Contoh yang ada seperti Ratu Hatshepsut yang hidup pada abad 15 SM. Walaupun sarkofagusnya mengambarkan dia ramping dan atletis, sejarawan yakin dia sebenarnya gendut dan botak.
Piramida tidak dibangun oleh budak
Peter M. Wilson/Corbis
Kehidupan para pembangun piramida memang tidak mudah. Kerangka para pekerja menunjukkan tanda arthritis dan penyakit lain. Namun fakta-fakta menunjukkan bahwa kuburan-kuburan raksasa itu tidak dibangun oleh budak melainkan buruh yang diupah. Para pekerja konstruksi kuno ini adalah campuran dari seniman ahli dan pekerja kasar yang sangat bangga akan hasil kerja mereka. Grafiti yang ditemukan dekat monumen menunjukkan mereka sering memberikan nama-nama lucu pada rekan kerja mereka seperti “Pemabuk dari Menkaure” atau “Sahabat-sahabat Khufu”. Ide bahwa para budak yang membangun piramida pertama kali berasal dari sejarawan Yunani, Herodotus pada abad 5 SM, namun kebanyakan sejarawan sudah menganggapnya sebagai mitos. Walaupun bangsa Mesir kuno memang memiliki budak, mereka menggunakan budak untuk pekerjaan di ladang dan pembantu rumah tangga.
Raja Tut mungkin saja dibunuh oleh seekor kuda nil
Gianni Dagli Orti/Corbis
Hanya sedikit hal yang diketahui tentang kehidupan Tutankhamen, namun para sejarawan yakin mereka tahu bagaimana dia mati. Penelitian pada tubuh raja muda ini menunjukkan dia dibalsem tanpa jantung atau dinding dada. Hal ini berbeda drastis dari pemakaman tradisional Mesir yang mungkin menunjukkan dia mengalami cedera mengerikan sebelum dia mati. Berdasarkan beberapa ahli Mesir kuno, salah satu penyebab luka ini bisa berasal dari gigitan kuda nil. Fakta-fakta mengindikasikan bahwa bangsa Mesir kuno memburu binatang liar sebagai olahraga, dan bahkan patung yang ditemukan di makam Raja Tut menggambarkan dia sedang melempar tombak. Jika firaun muda ini memang suka melakukan perburuan berbahaya, maka kematiannya mungkin adalah hasil dari kecelakaan dalam perburuannya.
Beberapa dokter Mesir kuno punya spesialisasi dalam bidang studi mereka.
Blaine Harrington III/Corbis
Seorang dokter kuno biasanya ahli dalam segala hal, namun fakta-fakta menunjukkan bahwa dokter Mesir kuno kadang-kadang berfokus untuk menyembuhkan hanya satu bagian dari tubuh manusia. Spekulasi awal tentang spekulasi medis ini dicatat pada 450 SM oleh para penjelajah dan sejarawan Herodotus. Ketika mendiskusikan pengobatan Mesir, dia menulis, “Setiap dokter adalah penyembuh dari satu penyakit saja… ada yang mata, ada yang gigi, ada yang bagian perut.”
Orang Mesir memelihara banyak hewan
The Art Archive/Corbis
Orang Mesir menganggap hewan sebagai inkarnasi dewa-dewa dan mereka adalah salah satu peradaban pertama yang memelihara hewan. Orang Mesir umumnya suka dengan kucing, yang sering dihubungkan dengan Dewi Bastet, namun mereka juga suka elang, ibis, anjing, singa, dan babon. Kebanyakan binatang ini punya tempat khusus di rumah orang Mesir, dan mereka sering dimumikan dan dikubur bersama pemilik mereka ketika dia mati. Polisi Mesir kuno diketahui menggunakan anjing dan melatih monyet untuk membantu mereka patroli.
Baik laki-laki maupun perempuan menggunakn make up.
The Art Archive/Corbis
Orang-orang mesir percaya make up memberikan perlindungan dari dewa Horus dan Ra. Kosmetik ini didapatkan dengan menggiling bebatuan seperti malasit dan galena menjadi kohl. Kemudia kohl ini diberikan di sekitar mata dengan alat yang berasal dari kayu, tulang, atau gading. Perempuan juga mewarnai pipi dengan cat merah dan menggunakan inai untuk mewarnai tangan dan kuku jari. Baik laki-laki maupun perempuan menggunakan parfum dari minyak, mur, dan kayu manis. Orang Mesir percaya riasan mereka punya kekuatan penyembuhan dan mereka tidak sepenuhnya salah: penelitian menunjukkan kosmetik berbasis timbal yang dikenakan penduduk di sepanjang Sungai Nil sebenarnya membantu mencegah infeksi mata.
0 Komentar